Menuju Puncak Gunung Bromo
Siapa yang tidak kenal dengan Gunung Bromo,
sepertinya gunung ini yang paling "ramah" kepada siapapun yang
datang, akses dipermudah dengan berbagai jasa transportasi yang bisa
mengantarkan kita ke kaki gunung mendekati puncak. Mulai dari mobil jeep
hardtop, bahkan jasa ojek motor pun tersedia jika memilih transportasi yang
lebih murah. Di areal kaki gunung juga disediakan jasa transportasi menggunakan
kuda yang mengantar langsung menuju tangga yang sengaja dibuat untuk
mempermudah siapapun yang ingin ke puncak.
Gunung Bromo dan sejuta pesonanya sebagai tempat
wisata
Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah
seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling
terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata,
Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih
aktif. Letusan terakhir di tahun 2010 berdampak rusaknya beberapa ruas jalan
menuju gunung dan berkurangnya puncak yang bisa dibuat pijakan oleh para
pengunjung.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas
permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo,
Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan
antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10
kilometer persegi. Lautan pasir ini akan menjadi sulit dilintasi oleh motor
karena menjadi sangat licin, tetapi di musim penghujan jalan berpasir akan
menjadi solid dan padat sehingga aksesnya lebih mudah.
Kesakralan Gunung Bromo sebagai tempat suci umat Hindu
Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma
(Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger
mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah
pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak
gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan
purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut
penanggalan Jawa. Di bawah kaki gunung bromo juga terdapat pura tempat
beribadah umat hindu, wajar jika akses bromo selalu ditutup ketika hari raya
Nyepi.
Mengintip sunrise dari puncak tertinggi Penanjakan
Satu hal yang
tidak boleh terlewatkan ketika berada di Bromo adalah melihat proses terbitnya
matahari, melihat sunrise dari atas ketinggian dengan pemandangan gunung-gunung
adalah hal terbaik yang bisa disajikan tempat ini. Tempat paling tepat untuk melihat sunrise adalah
dari puncak paling tinggi yang disebut penanjakan, berjarak 9 km jalan menanjak
dari parkiran kendaraan menggunakan ojek atau mobil jeep. Jam 3 pagi tempat ini
sudah dipenuhi oleh massa, walaupun masih gelap dan udaranya sangat dingin
tetapi wajar mengingat apa yang akan disuguhkan nantinya ketika sunrise. Topi
kupluk hangat, jaket tebal dan syal jelas sudah menjadi barang yang harus
dibawa demi melawan dingin. Bagi yang tidak membawa persiapan, jangan khawatir
disini semuanya tersedia untuk dibeli dan disewakan termasuk warung-warung yang
menjual minuman dan makanan hangat.
Ketika sunrise perlahan terlihat, warna merah
keemasan dari balik awan dan kabut terpancar mengubah gelap gulita menjadi
seberkas cahaya terang yang menghiasi puncak penanjakan. Semua yang datang,
wisatawan lokal dan luar negeri hanya tertegun kagum dan mengabadikan semua
gambar lewat kamera. Betul-betul sepadan dengan
perjuangan demi melihat pemandangan ini.
No comments:
Post a Comment