Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
twitter @chalzable
This article published at KalTim Post, Leisure, 25 September 2011
Siapa bilang yang namanya liburan harus merogoh kocek cukup dalam agar bisa bersenang-senang. Apakah yang namanya liburan identik dengan pergi ke luar negeri? Bagi sebagian orang mungkin suatu kebanggaan tersendiri bisa berlibur ke negeri orang, tapi sebenarnya Indonesia tidak kalah potensi wisatanya, apalagi kita punya kelebihan sebagai negara kepulauan, banyak sekali tempat yang bisa kita explore.
Salah satu liburan murah meriah dan sering luput dari daftar tempat tujuan liburan sebagian besar orang adalah Penajam Paser Utara (PPU) yang biasanya cukup disebut Panajam oleh orang-orang.
Awalnya saya juga berfikir, ada apa di Penajam? Mengapa sudah sebesar ini saya tidak pernah menginjakkan kaki di tempat itu? Padahal kalau dipikir saya yang berdomisili di Balikpapan sangat mudah sekali mengakses Penajam. Dari rasa ingin tahu itu maka saya membulatkan niat untuk memulai perjalanan saya ke Penajam dan berhasil membujuk 2 orang sahabat saya untuk ikut.
Kami berencana hanya melakukan "one day trip" di Penajam, jadi tidak perlu menginap di Penajam jadi bisa langsung pulang ke Balikpapan hari itu juga. Karena itu perjalanan kita mulai pagi-pagi sekali. Kami memilih motor sebagai alat transportasi, dengan alasan agar perjalanan lebih terasa dan bisa merasakan naik klotok (perahu massa+barang yang biasa menyebrangkan dari Balikpapan ke Penajam dan sebaliknya) pelabuhan klotok ada di Kampung Baru dan mulai beroperasi jam 6 pagi dan trip terakhir dari penajam jam 6 malam.
Bagi yang menggunakan mobil, Penajam bisa diakses dengan menggunakan kapal feri dari daerah kariangau Balikpapan.
PELABUHAN KLOTOK. Proses pemindahan motor ke atas klotok, nampak orang-orang di pelabuhan sudah begitu cekatan
BERSAMA SAHABAT. Perjalanan liburan memang akan terasa lengkap jika kita berbagi dengan orang terdekat, seperti dua orang sahabat saya ini
Kami sampai di pelabuhan klotok jam 7 pagi, pelabuhan ini sangat unik karena memang sangat sederhana dan mayoritas terbuat dari kayu, untuk mencapainya pun harus melewati pasar tradisional, jadi ada sensasi tersendiri. Setelah membayar karcis untuk 2 motor+3 orang kami berhasil naik ke atas perahu. Pemandangan pagi itu sangat cerah, udara sejuk tidak panas saat yang tepat untuk memulai perjalanan.
Tidak sampai setengah jam kami sudah sampai di pelabuhan penajam, kebetulan pelabuhan klotok dan feri di penajam bersebelahan. Setelah motor kami sukses diturunkan dari kapal kami langsung melaju menuju perhentian pertama kami di Penangkaran Rusa yang berjarak sekitar 35 KM dari pelabuhan klotok. Kondisi jalan di penajam juga cukup baik menurut saya, aspal mulus membuat perjalanan kami lancar dan uniknya lagi hanya ada satu jalan raya utama, jadi tidak mungkin tersesat.
PENANGKARAN RUSA. Ratusan rusa menunggu di penangkaran ini, pemandangan yang sangat memanjakan mata
Tidak sampai satu jam berkendara kami sudah sampai di penangkaran rusa, pintu masuknya memang tidak begitu kelihatan tapi kalau jeli kita bisa melihat patung rusa di depan gerbang. Setelah memarkirkan motor dan membayar biaya masuk Rp 5.000/orang, kami memulai petualangan pertama kali kami. Setelah berjalan sekitar 300 meter kami tiba di penangkaran pertama yang dipenuhi rusa berbagai ukuran. Ketika saya mendekati kandang ada yang aneh, semua rusa nampak berdiri siaga dengan kepala tegak, lalu saya mendekat dan semua rusa berlarian ke arah berlawanan. Mungkin saya dikira pemburu yang ingin menikmati daging mereka.
TIDAK SEPERTI DI INDONESIA. Banyak yang mengira foto ini tidak di ambil di Indonesia karena tempatnya yang begitu indah
Gagal di pendekatan pertama, kami memutuskan cara yang lebih diplomatis. Dengan sedikit perjuangan kami memangkas rumput di sekitar peternakan rusa dengan harapan nantinya rusa-rusa itu cukup baik dan mendekat ke kami untuk makan rumput yang kami bawa, karena rumput di dalam kandang sudah mati dan berwarna coklat. Ternyata perjuangan kami tidak sia-sia perlahan satu per satu rusa mendekat dan rumput di tangan makin lama makin menipis sampai akhirnya memaksa kami untuk kembali memangkas rumput sampai 3 kali.
Suatu kepuasan tersendiri memberi makan rusa, selain bisa melihat mereka dari jarak sangat dekat kita juga bisa menyentuh kepala dan tanduk mereka yang panjang. Pengalaman yang berharga.
MEMBERI MAKAN.Memberi makan rusa sekaligus memangkas sendiri rerumputan adalah perjuangan tersendiri agar bisa melihat rusa-rusa dari dekat
Ternyata penangkaran rusa di Penajam cukup luas dan dibagi menjadi beberapa sekat dan akses bagi para pengunjung diluar kandang agar bisa melihat rusa dengan leluasa. Setelah berjalan ke ujung kandang ada pemandangan lain yang menyita perhatian kami, padang rumput hijau nan luas sejauh mata memandang memanjakan mata yang melihatnya, dengan sedikit melompat pagar akhirnya kami bisa merebahkan diri di lebatnya rumput di padang rumput tersebut dan beristirahat di atas gazebo sambil menikmati semilir angin sebelum melanjutkan ke tujuan berikutnya.
PADANG RUMPUT. Luasnya padang rumput membuat siapapun ingin merebahkan diri di atasnya, bebas dan begitu nyaman
SANTAI. Sekedar berbaring, menikmati segarnya udara dan bau rerumputan hijau adalah kenikmatan tersendiri
Perjalanan kami lanjutkan dan kami berhenti di penjual bensin eceran mengingat stok bensin sudah menipis dan dari hasil berbincang dengan ibu-ibu ramah penjual bensin kami menemukan satu tempat wisata lagi yaitu pemandian air panas danum layong. Lokasi nya sekitar 30 KM dari penangkaran rusa dan akses masuk ke pemandian air panas lumayan menantang dengan mayoritas jalan berbatu, berbelok dan sedikit berbukit. Dari gerbangnya nampak tempat ini tidak begitu terawat karena masih ada sampah dan cenderung sepi. Jika anda pernah mengunjungi kawah putih ciwidey jawa barat, warna air nya sama persis putih keruh dan khas bau belerang. Hal yang patut jadi perhatian pemerintah karena tempat seperti ini termasuk langka dan sayang jika tidak dirawat.
DANUM LAYONG. Pemandian air panas di penajam, banyak muda-mudi menghabiskan waktu liburan disini karena tempatnya yang teduh banyak pepohonan
Perjalanan kami lanjutkan ke tujuan utama kami yaitu Air Terjun 7 Tingkat yang bernama Tiwei Waterfall. Setiap kami menanyakan ke penduduk setempat hanya satu kata yang terlontar, jauh dan jalannya rusak. Tapi hal terebut tidak menyurutkan niat kami, jarak yang di tempuh untuk mencapai air terjun ini sekitar 115 KM dari pelabuhan penajam (setara dengan jarak Balikpapan Samarinda). Akses jalan mulus beraspal sampai mulai masuk ke dalam areal rumah warga sebelum mencapai air terjun, jalan berbatu, bergelombang, berbukit dan berlumpur menyambut kami. Memang paling cocok adalah menggunakan mobil offroad ke tempat ini tapi bukan berarti motor bebek matic kami tidak sanggup, heheehe dengan segala perjuangan akhirnya sampai juga. Dari tempat penitipan motor kami masih harus berjalan sekitar 500 meter untuk mencapai air terjun yang kebetulan lokasinya juga dekat tambang batubara. Jadi selama berjalan kaki kami juga disuguhkan pemandangan bukit batubara yang tinggi dengan truk-truk pengangkut yang hilir mudik.
Gemuruh air terjun sudah terdengar dari kejauhan, kami membenamkan kaki di aliran air yang membentuk seperti sungai kecil, begitu sejuk. Semakin jauh berjalan suara gemuruh air terjun makin terdengar jelas dan sampai akhirnya air terjun yang bertingkat-tiingkat ada di depan kami. Sangat indah dan kami beruntung aliran airnya lumayan deras (di musim kemarau aliran airnya berkurang) dan kami tidak menyia-nyiakan waktu langsung menyeburkan diri kedalam segarnya kolam air terjun dan shower raksasa ini.
AIR TERJUN TIWEI. Sejuknya air terjun spontan membuat perjalanan panjang terbayarkan
Air terjun tiwei memang bertingkat-tingkat dan ditiap tingkat menyajikan pemandangan sendiri-sendiri, ada satu tingkat yang berupa kolam cukup luas dengan banyak bebatuan, ada tingkatan yang berupa kolam yang sangat dalam (3 meter lebih), ada yang berupa genangan air selutut. Dan yang paling menantang adalah untuk mencapai tingkatan di atasnya kita harus rock climbing, memanjat bebatuan, melawan terpaan air terjun yang keras dan merangkak, memanjat dengan bantuan akar merambat, sangat menantang dan harus ekstra hati-hati karena licin.
TINGKAT KETIGA. Ini pemnadangan dari air terjun tingkatan ketiga, ada 6 tingkatan yang lain yang menyajikan pemandangan berbeda
Rasanya perjalanan jauh terbayar seketika dan recharge energi yang sepadan sebelum kembali ke pelabuhan yang berjarak 115 KM mengingat klotok terakhir jam 6 sore. Melewati rute yang sama kami kembali melaju dengan motor kami dan untungnya masih terkejar klotok terakhir. Dengan sisa tenaga tersisa kami tersenyum puas dan perjalanan balik ke balikpapan dilengkapi dengan indahnya sunset di teluk balikpapan berwarna kuning keemasan.
Benar-benar liburan singkat yang menyenangkan, murah meriah dan sangat menantang.
**END**
Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
follow twitter @chalzable
5 comments:
Mas yang tulis di surat kabarnya juga, ya?
Wih, keren!
Coba kalau saya juga bisa, ya. :)
wah boleh juga neh Wisata ke PEnajam, mumpung masih di Kaltim. hehehhee
backpacker koq naik motor, Mas?
Coba naik kendaraan umum donk. :D
Ayooo....ramaikan wisata lokal Balikpapan.
Post a Comment