Work Hard, Play Harder

Follow
Twitter @chalzable
Instagram ID = chalzable
Line ID = chalzable
Facebook and Email = hatebinz@yahoo.com


SoundCloud = https://soundcloud.com/ichaaal

Tuesday, January 17, 2012

Donggala, Palu, Lindu, Sulawesi Tengah, Indonesia

Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
twitter @chalzable

This article published at KalTim Post, Leisure, 11 September 2011



Awal perjalanan ini memang tidak disengaja dan terbilang spontan. Saya sedang mengecek rute penerbangan domestik salah satu maskapai pada waktu itu dan saya baru tahu ternyata ada penerbangan langsung dari Balikpapan menuju Palu.

Berawal dari situ rasa ingin tahu saya semakin besar. Ada apa di Palu? Tidak ada salahnya untuk mencoba berkunjung kesana. Hari itu juga saya menghubungi sahabat saya dari SMA dan merencanakan untuk pergi ke Palu. Sempat ragu ketika saya menyebut nama Palu tapi akhirnya saya bisa membujuk keduanya untuk ikut.

Hari yang dinantipun tiba, dengan pengetahuan yang sangat minim hanya lewat browsing di internet dan tidak ada satupun dari kami yang pernah ke Palu perjalanan pun dimulai. Perjalanan dari Balikpapan ke Palu sangat singkat tidak sampai 40 menit kami sudah sampai di Bandara Mutiara di Palu. Turun dari pesawat kami sudah disuguhkan pemandangan pegunungan yang mengelilingi kota.
Bandara Mutiara sangat sederhana sekali dan bisa dibilang kecil, keluar dari bandara kami mencari angkutan yang bisa mengantarkan kami ke penginapan. Akhirnya kami menggunakan jasa taksi bandara, yang membuat kami kaget ternyata taksi bandara disini berupa mobil jenis Avanza/Xenia.
Selama perjalanan menuju penginapan yang kebetulan berada di pinggir Pantai Talise mata kami terus memperhatikan kondisi kota, jalan sampai orang-orangnya. Ternyata Palu termasuk panas dan lebih sepi dibandingkan Balikpapan.
Sesampai di hotel kami cuma check in, menaruh barang di kamar dan langsung keluar mencari angkutan umum menuju tujuan pertama kami, Donggala.
Donggala berjarak 35 KM dari Palu dan ditempuh lewat jalur darat. Pilihan ke Donggala bisa dengan sewa mobil atau dengan kendaraan umum, jelas disesuaikan dengan kapasitas kantong pilihan kami jatuh pada kendaraan umum, dengan membayar kurang dari Rp 20.000/orang kami sudah sampai di Donggala, Pantai Tanjung Karang tepatnya.

TANJUNG KARANG BEACH, Donggala





Saya sempat terdiam ketika melihat pemandangan di depan mata saya, pantai yang benar-benar biru jernih dipadukan dengan pasir putih dan pegunungan di ujung yang lain, tidak ada kata lain selain sempurna. Kemudian kami melepaskan penat perjalanan dengan menyusuri pantai dan bermain di birunya air laut, semua rasa lelah spontan hilang. Saya hanya melihat raut wajah bahagia dari teman2 saya.
Tidak jauh dari tempat kami bermain ada perahu yang perlahan mendekat dan bapak paruh baya datang menawarkan untuk keliling pulau dan snorkeling di tengah laut.
Tidak perlu lama untuk meyakinkan kami, beberapa menit kemudian kami sudah ada di atas kapal lengkap dengan jaket pelampung dan alat snorkeling.

30 menit kemudian kapal berhenti dan si Bapak memberi tahu bahwa kami sudah sampai di lokasi snorkeling. Semua alat sudah terpasang dan kami langsung menyeburkan diri ke laut, dan ternyata untuk kedua kalinya saya dibuat terpukau, pemandangan di bawah laut sangat indah, karang berwarna-warni dan beragam spesies ikan berkolaborasi membentuk pemandangan menakjubkan.

SNORKLING DONGGALA





DONGGALA BOAT TOUR





Puas rasanya, tak jarang saya membiarkan diri saya mengapung menghadap langit, memejamkan mata sambil mengucap syukur atas indahnya goresan ciptaanNya.
Tidak terasa matahari hampir tenggelam dan kami harus kembali ke Palu mengingat angkutan umum di Donggala tidak sampai malam. Dari pantai kami diantar ojek ke tempat mangkal angkutan umum ke Palu dan untungnya masih ada mobil terakhir. Jadi kami bisa kembali ke Palu.

TALISE BEACH, Palu





Tidak ingin menghabiskan malam begitu saja kami keliling kota Palu dan mencari makanan khas Palu Kaledo namanya lalu kemudian menikmati desiran ombak di pinggir Pantai Talise sambil makan durian. Betapa nikmatnya hidup :) dan kami kembali ke penginapan untuk beristirahat dan recharge tenaga untuk petualangan esok hari.

Bangun pagi karena kita akan keluar dari kota Palu mengunjungi kawasan hutan wisata Lore Lindu dimana ada danau di atas bukit ketinggian 1000 meter.
Kami memutuskan untuk menyewa mobil dan driver asli palu untuk mengantarkan kami ke tujuan, karena jarak yang ditempuh cukup jauh dan butuh waktu sekitar 2 jam lebih.
Sampai di kaki bukit kami menyempatkan diri makan di warung lokal dengan makanan khas rumahan sebelum menuju danau.

Akses menuju danau bisa ditempuh dengan dua cara yaitu jalan kaki atau dengan ojek. Tracking akan butuh waktu seharian sedangkan ojek hanya butuh 1 jam untuk mencapai puncak. Dengan membayar Rp 100.000/orang kami pun siap bertualang. Medan yang ditempuh menuju puncak bukit tidaklah mudah, jalan menanjak dan berkelok dengan jurang di satu sisi dan ruas jalan yang sempit bahkan longsor yg membuat hanya motor yang bisa melewatinya, bahkan untuk 2 motor berdampingan pun tidak bisa. Sangat memacu adrenalin kami, tak jarang teman saya berteriak karena takut. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan perkebunan coklat, kopi, jagung sebagai mata pencaharian penduduk yang mayoritas berkebun dan begitu sampai puncak kami harus melewati 4 desa yang begitu asri dengan bunga warna-warni di halaman rumah juga hamparan sawah yang luas sebelum mencapai Danau Lindu.

Akhirnya sampai juga kami di Danau Lindu yang sangat luas, konon katanya Danau ini terbentuk dengan sendirinya akibat kawah gunung yang tergenang air hujan terus menerus. Kami pun menyewa perahu untuk mengelilingi danau dan desa-desa di sekitarnya, dan ada resort yang sengaja dibuat oleh penduduk lokal untuk para wisatawan yang ingin menginap.

LINDU VILLAGE





LINDU LAKE





Cukup bermain-main kami memutuskan untuk kembali ke dasar bukit dan melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuruni bukit ternyata lebih menyeramkan karena jalan agak licin dan terkadang ojek yang kami tumpangi terlalu cepat. Tapi untungnya kami selamat sampai dasar bukit.

Hari sudah sore dan kami berniat untuk balik ke Palu, tapi driver kami yang orang asli Palu menawarkan kami untuk mengunjungi Air Terjun Mantikole dan pemandian air panas tidak jauh dari sini. 15 menit perjalanan akhirnya sampai di Air Terjun Mantikole, arus air yang deras dan susunan batu kali yang besar dan bertingkat2 membuat gemuruh suara air terjun terdengar sampai gerbang masuk objek wisata. Kami melewati kebun kopi sampai akhirnya bisa menyentuh sejuknya air terjun ini. Tidak bisa melihat air nganggur kami langsung mandi di air terjun yang airnya benar2 dingin dilanjutkan dengan mandi air panas tdak jauh dari air terjun.

MANTIKOLE WATERFALL, Lindu





Puas mandi air panas hari sudah mulai gelap dan kami memutuskan pulang, di perjalanan pulang kami mencari khas oleh2 berupa Bawang Goreng. Awal tahu saya juga kaget, bisa2nya bawang goreng dijadikan oleh2 tapi ternyata bawang goreng di Palu berbeda. Spesies bawang ini tidak bisa hidup ketika dibawa keluar kota Palu ini yang menjadikannya khas, dan memang benar rasanya lebih gurih dan bisa dijadikan cemilan.

Hari yang cukup melelahkan, kami kembali ke hotel, packing dan siap-siap untuk kembali ke Balikpapan besok paginya.

Perjalanan kali ini cukup membuka mata kami untuk selalu bersyukur atas nikmatNya, berinteraksi dengan orang baru kemudian belajar bertoleransi dan banyak hal positif lainnya.

Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
follow twitter @chalzable

1 comment:

Unknown said...

Melalui blog ini, saya ucapkan terima kasih banyak kepada Mbah Suro atas bantuan anka togel nya, yg di berikan saya kemarin alhamdulillah benar2 tembus, berkat bantuan Mbah saya sudah bisa melunasi semua hutang2 saya sama tetangga bahkan saya juga sudah punya modal sedikit buat usaha kecil-kecilan, sekali lagi terima kasih banyak Mbah atas bantuannya kpd saya.. Jika anda ingin seperti saya hubungi aja beliau di nmr 082 354 640 471 atas nama Mbah Suro Ninggil........