Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
twitter @chalzable
This article published at KalTim Post, Leisure, 11 September 2011
Awal perjalanan ini memang tidak disengaja dan terbilang spontan. Saya sedang mengecek rute penerbangan domestik salah satu maskapai pada waktu itu dan saya baru tahu ternyata ada penerbangan langsung dari Balikpapan menuju Palu.
Berawal dari situ rasa ingin tahu saya semakin besar. Ada apa di Palu? Tidak ada salahnya untuk mencoba berkunjung kesana. Hari itu juga saya menghubungi sahabat saya dari SMA dan merencanakan untuk pergi ke Palu. Sempat ragu ketika saya menyebut nama Palu tapi akhirnya saya bisa membujuk keduanya untuk ikut.
Hari yang dinantipun tiba, dengan pengetahuan yang sangat minim hanya lewat browsing di internet dan tidak ada satupun dari kami yang pernah ke Palu perjalanan pun dimulai. Perjalanan dari Balikpapan ke Palu sangat singkat tidak sampai 40 menit kami sudah sampai di Bandara Mutiara di Palu. Turun dari pesawat kami sudah disuguhkan pemandangan pegunungan yang mengelilingi kota.
Bandara Mutiara sangat sederhana sekali dan bisa dibilang kecil, keluar dari bandara kami mencari angkutan yang bisa mengantarkan kami ke penginapan. Akhirnya kami menggunakan jasa taksi bandara, yang membuat kami kaget ternyata taksi bandara disini berupa mobil jenis Avanza/Xenia.
Selama perjalanan menuju penginapan yang kebetulan berada di pinggir Pantai Talise mata kami terus memperhatikan kondisi kota, jalan sampai orang-orangnya. Ternyata Palu termasuk panas dan lebih sepi dibandingkan Balikpapan.
Sesampai di hotel kami cuma check in, menaruh barang di kamar dan langsung keluar mencari angkutan umum menuju tujuan pertama kami, Donggala.
Donggala berjarak 35 KM dari Palu dan ditempuh lewat jalur darat. Pilihan ke Donggala bisa dengan sewa mobil atau dengan kendaraan umum, jelas disesuaikan dengan kapasitas kantong pilihan kami jatuh pada kendaraan umum, dengan membayar kurang dari Rp 20.000/orang kami sudah sampai di Donggala, Pantai Tanjung Karang tepatnya.
TANJUNG KARANG BEACH, Donggala
Saya sempat terdiam ketika melihat pemandangan di depan mata saya, pantai yang benar-benar biru jernih dipadukan dengan pasir putih dan pegunungan di ujung yang lain, tidak ada kata lain selain sempurna. Kemudian kami melepaskan penat perjalanan dengan menyusuri pantai dan bermain di birunya air laut, semua rasa lelah spontan hilang. Saya hanya melihat raut wajah bahagia dari teman2 saya.
Tidak jauh dari tempat kami bermain ada perahu yang perlahan mendekat dan bapak paruh baya datang menawarkan untuk keliling pulau dan snorkeling di tengah laut.
Tidak perlu lama untuk meyakinkan kami, beberapa menit kemudian kami sudah ada di atas kapal lengkap dengan jaket pelampung dan alat snorkeling.
30 menit kemudian kapal berhenti dan si Bapak memberi tahu bahwa kami sudah sampai di lokasi snorkeling. Semua alat sudah terpasang dan kami langsung menyeburkan diri ke laut, dan ternyata untuk kedua kalinya saya dibuat terpukau, pemandangan di bawah laut sangat indah, karang berwarna-warni dan beragam spesies ikan berkolaborasi membentuk pemandangan menakjubkan.
SNORKLING DONGGALA
DONGGALA BOAT TOUR
Puas rasanya, tak jarang saya membiarkan diri saya mengapung menghadap langit, memejamkan mata sambil mengucap syukur atas indahnya goresan ciptaanNya.
Tidak terasa matahari hampir tenggelam dan kami harus kembali ke Palu mengingat angkutan umum di Donggala tidak sampai malam. Dari pantai kami diantar ojek ke tempat mangkal angkutan umum ke Palu dan untungnya masih ada mobil terakhir. Jadi kami bisa kembali ke Palu.
TALISE BEACH, Palu
Tidak ingin menghabiskan malam begitu saja kami keliling kota Palu dan mencari makanan khas Palu Kaledo namanya lalu kemudian menikmati desiran ombak di pinggir Pantai Talise sambil makan durian. Betapa nikmatnya hidup :) dan kami kembali ke penginapan untuk beristirahat dan recharge tenaga untuk petualangan esok hari.
Bangun pagi karena kita akan keluar dari kota Palu mengunjungi kawasan hutan wisata Lore Lindu dimana ada danau di atas bukit ketinggian 1000 meter.
Kami memutuskan untuk menyewa mobil dan driver asli palu untuk mengantarkan kami ke tujuan, karena jarak yang ditempuh cukup jauh dan butuh waktu sekitar 2 jam lebih.
Sampai di kaki bukit kami menyempatkan diri makan di warung lokal dengan makanan khas rumahan sebelum menuju danau.
Akses menuju danau bisa ditempuh dengan dua cara yaitu jalan kaki atau dengan ojek. Tracking akan butuh waktu seharian sedangkan ojek hanya butuh 1 jam untuk mencapai puncak. Dengan membayar Rp 100.000/orang kami pun siap bertualang. Medan yang ditempuh menuju puncak bukit tidaklah mudah, jalan menanjak dan berkelok dengan jurang di satu sisi dan ruas jalan yang sempit bahkan longsor yg membuat hanya motor yang bisa melewatinya, bahkan untuk 2 motor berdampingan pun tidak bisa. Sangat memacu adrenalin kami, tak jarang teman saya berteriak karena takut. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan perkebunan coklat, kopi, jagung sebagai mata pencaharian penduduk yang mayoritas berkebun dan begitu sampai puncak kami harus melewati 4 desa yang begitu asri dengan bunga warna-warni di halaman rumah juga hamparan sawah yang luas sebelum mencapai Danau Lindu.
Akhirnya sampai juga kami di Danau Lindu yang sangat luas, konon katanya Danau ini terbentuk dengan sendirinya akibat kawah gunung yang tergenang air hujan terus menerus. Kami pun menyewa perahu untuk mengelilingi danau dan desa-desa di sekitarnya, dan ada resort yang sengaja dibuat oleh penduduk lokal untuk para wisatawan yang ingin menginap.
LINDU VILLAGE
LINDU LAKE
Cukup bermain-main kami memutuskan untuk kembali ke dasar bukit dan melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuruni bukit ternyata lebih menyeramkan karena jalan agak licin dan terkadang ojek yang kami tumpangi terlalu cepat. Tapi untungnya kami selamat sampai dasar bukit.
Hari sudah sore dan kami berniat untuk balik ke Palu, tapi driver kami yang orang asli Palu menawarkan kami untuk mengunjungi Air Terjun Mantikole dan pemandian air panas tidak jauh dari sini. 15 menit perjalanan akhirnya sampai di Air Terjun Mantikole, arus air yang deras dan susunan batu kali yang besar dan bertingkat2 membuat gemuruh suara air terjun terdengar sampai gerbang masuk objek wisata. Kami melewati kebun kopi sampai akhirnya bisa menyentuh sejuknya air terjun ini. Tidak bisa melihat air nganggur kami langsung mandi di air terjun yang airnya benar2 dingin dilanjutkan dengan mandi air panas tdak jauh dari air terjun.
MANTIKOLE WATERFALL, Lindu
Puas mandi air panas hari sudah mulai gelap dan kami memutuskan pulang, di perjalanan pulang kami mencari khas oleh2 berupa Bawang Goreng. Awal tahu saya juga kaget, bisa2nya bawang goreng dijadikan oleh2 tapi ternyata bawang goreng di Palu berbeda. Spesies bawang ini tidak bisa hidup ketika dibawa keluar kota Palu ini yang menjadikannya khas, dan memang benar rasanya lebih gurih dan bisa dijadikan cemilan.
Hari yang cukup melelahkan, kami kembali ke hotel, packing dan siap-siap untuk kembali ke Balikpapan besok paginya.
Perjalanan kali ini cukup membuka mata kami untuk selalu bersyukur atas nikmatNya, berinteraksi dengan orang baru kemudian belajar bertoleransi dan banyak hal positif lainnya.
Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
follow twitter @chalzable
Work Hard, Play Harder
Follow
Twitter @chalzable
Instagram ID = chalzable
Line ID = chalzable
Facebook and Email = hatebinz@yahoo.com
SoundCloud = https://soundcloud.com/ichaaal
Twitter @chalzable
Instagram ID = chalzable
Line ID = chalzable
Facebook and Email = hatebinz@yahoo.com
SoundCloud = https://soundcloud.com/ichaaal
Tuesday, January 17, 2012
Monday, January 16, 2012
Phi Phi Island, Phuket, Thailand
Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
twitter @chalzable
This article published at KalTim Post, Leisure, 15 January 2012
Salah satu objek wisata yang menjadi daftar wajib untuk dikunjungi di Phuket sekaligus sumber devisa dari sektor pariwisata adalah Phi Phi Island. Phi Phi Island dalam bahasa Thailand disebut Koh Phi Phi (‘Koh’ berarti pulau), sebenarnya terdiri dari 2 pulau: Koh Phi Phi Don yang lebih besar dan Koh Phi Phi Leh. Koh Phi Phi Don adalah base untuk menginap sedangkan Phi Phi Leh tidak perpenghuni namun setiap hari boleh didatangi. Turis yang ke sini harus pulang paling tidak sore harinya karena tidak ada infrastruktur sama sekali selain toilet umum.
Khai Nok Island, pulau kecil di sebelah utara Phi Phi Don Island
Pagi yang cerah menemani perjalanan saya dan ketiga teman saya dari hotel menuju Rassada Harbor. Di pelabuhan ini kapal kami sudah menunggu dan berbagai pilihan minuman sudah tersedia di atas kapal mulai dari kopi sampai soft drink. Tidak perlu menunggu lama tepat pukul 9 pagi, kapal sudah meninggalkan dermaga menuju Khai Nok Island. Khai Nok Island adalah pulau kecil di sebelah utara Phi Phi Don Island yang sering luput dari paket tujuan tour Phi Phi Island (hanya beberapa tour agent yang menawarkan). Dari jauh sudah terlihat pemandangan deretan payung besar berwarna-warni di atas hamparan pasir putih. Beberapa kapal bersandar di pulau kecil ini mengantar turis yang ingin menikmati keindahan pulau. Banyak sekali aktivitas yang bias dilakukan di pulau ini, mulai dari berenang di jernihnya air laut, bersantai di atas kursi malas dibawah lindungan payung besar, berjemur di atas hamparan pasir putih, menikmati minuman dari kafe sambil melihat pemandangan dan yang paling saya suka adalah snorkeling ditemani ratusan ikan beraneka jenis yang bias saya lihat dari jarak sangat dekat meskipun tanpa bantuan alat snorkeling.
Fenomena Maya Bay yang terkenal seantero dunia
Setelah terkagum-kagum dengan Khai Nok Island, perjalanan kami lanjutkan menuju salah satu tempat yang bisa dibilang sangat terkenal di Phi Phi Leh Island, yaitu Maya Bay. Pulau ini mulai dikenal dunia sejak kemunculan Leonardo Dicaprio di dalam film The Beach yang memang mengambil setting di pulau ini.
Maya beach adalah sebuah pantai yang tenang dan terlindung sehingga menyerupai hidden beach. Airnya yang berwarna hijau turqoise menambah indah pantai ini. Pulau Phi Phi Leh ini sebenarnya cuma seluas 6 km persegi, berupa pegunungan limestone yang materinya mengandung calcium carbonate, makanya air di sini berwarna kehijauan.
Kapal kami berhenti di tengah pulau yang diapit oleh tebing tinggi di ketiga sisi, para penumpang diberi kebebasan bisa memilih bersantai di pinggir pantai atau langsung menceburkan diri ke air untuk berenang dan snorkeling. Sejauh mata memandang hanya keindahan yang kami lihat di Maya Bay, wajar tempat ini mampu menyihir banyak orang dengan sejuta pesonanya.
Sightseeing dengan panorama Pileh Cove dan Viking Cave
Meninggalkan Maya Bay ternyata masih banyak tempat yang sangat memanjakan mata untuk dilihat sebelum sampai ke Phi Phi Don Island, tujuam kami selanjutnya. Sebut saja Pileh Cove, di Pileh ini hanya seperti cekungan karang dengan beberapa spesies tumbuhan hijau yang tumbuh subur, tapi yang bisa kita lihat adalah air yang bening dinamakan Clear Water. Selain itu juga disajikan pemandangan Viking Cave, dahulu di Viking Cave ini adalah tempat persembunyian Sparrow "Bajak Laut" namun sekarang tempat ini dijadikan tempat mengembang biakkan sarang walet, tetapi tetap saja pesona keindahan tetap melekat di tempat ini.
Phi Phi Don Island, pulau indah yang bertransformasi menjadi ajang mata pencaharian penduduk lokal
Jika ada yang bilang tinggal di Phi Phi Island, pastilah yang dimaksud adalah tinggal di pulau Phi Phi Don. Luasnya 28 km persegi, kebanyakan adalah hotel, restoran, serta toko-toko. Rupanya pulau ini sudah bertransformasi menjadi ajang mata pencaharian bagi para penduduk lokal.
Di pulau ini juga tidak tersedia kendaraan karena jalanan berupa pavement selebar 1-3meter jadi menjelajah pulau ini cuma bermodal jalan kaki saja. Terdapat beberapa pantai di pulau ini namun yang dikenal adalah Ton Sai Beach dan Loh Dalam. Ton Sai adalah dermaga tempat boat dan ferry bersandar, jika ingin main air dan berenang sebaiknya ke Loh Dalam. Garis Ao (Pantai) Loh Dalam cukup panjang, mau berjemur atau berenang hingga puas.
Jika suka hiking, bisa naik ke viewpoint di atas bukit. Di Loh dalam juga bisa memacu adrenalin lewat parasailing, terbang tinggi dengan parasut besar yang dikembangkan oleh angin dengan bantuan speed boat. Atau jika ingin bersantai bisa mencoba canoe keliling pulau, semuanya tersedia.
Singkat kata hanya satu kata yang bisa menggambarkan tempat ini SEMPURNA, jika anda ada berencana berlibur ke luar negeri, Phuket bisa menjadi alternatif pilihan yang menarik.
Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
follow twitter @chalzable
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
twitter @chalzable
This article published at KalTim Post, Leisure, 15 January 2012
Salah satu objek wisata yang menjadi daftar wajib untuk dikunjungi di Phuket sekaligus sumber devisa dari sektor pariwisata adalah Phi Phi Island. Phi Phi Island dalam bahasa Thailand disebut Koh Phi Phi (‘Koh’ berarti pulau), sebenarnya terdiri dari 2 pulau: Koh Phi Phi Don yang lebih besar dan Koh Phi Phi Leh. Koh Phi Phi Don adalah base untuk menginap sedangkan Phi Phi Leh tidak perpenghuni namun setiap hari boleh didatangi. Turis yang ke sini harus pulang paling tidak sore harinya karena tidak ada infrastruktur sama sekali selain toilet umum.
Khai Nok Island, pulau kecil di sebelah utara Phi Phi Don Island
Pagi yang cerah menemani perjalanan saya dan ketiga teman saya dari hotel menuju Rassada Harbor. Di pelabuhan ini kapal kami sudah menunggu dan berbagai pilihan minuman sudah tersedia di atas kapal mulai dari kopi sampai soft drink. Tidak perlu menunggu lama tepat pukul 9 pagi, kapal sudah meninggalkan dermaga menuju Khai Nok Island. Khai Nok Island adalah pulau kecil di sebelah utara Phi Phi Don Island yang sering luput dari paket tujuan tour Phi Phi Island (hanya beberapa tour agent yang menawarkan). Dari jauh sudah terlihat pemandangan deretan payung besar berwarna-warni di atas hamparan pasir putih. Beberapa kapal bersandar di pulau kecil ini mengantar turis yang ingin menikmati keindahan pulau. Banyak sekali aktivitas yang bias dilakukan di pulau ini, mulai dari berenang di jernihnya air laut, bersantai di atas kursi malas dibawah lindungan payung besar, berjemur di atas hamparan pasir putih, menikmati minuman dari kafe sambil melihat pemandangan dan yang paling saya suka adalah snorkeling ditemani ratusan ikan beraneka jenis yang bias saya lihat dari jarak sangat dekat meskipun tanpa bantuan alat snorkeling.
Fenomena Maya Bay yang terkenal seantero dunia
Setelah terkagum-kagum dengan Khai Nok Island, perjalanan kami lanjutkan menuju salah satu tempat yang bisa dibilang sangat terkenal di Phi Phi Leh Island, yaitu Maya Bay. Pulau ini mulai dikenal dunia sejak kemunculan Leonardo Dicaprio di dalam film The Beach yang memang mengambil setting di pulau ini.
Maya beach adalah sebuah pantai yang tenang dan terlindung sehingga menyerupai hidden beach. Airnya yang berwarna hijau turqoise menambah indah pantai ini. Pulau Phi Phi Leh ini sebenarnya cuma seluas 6 km persegi, berupa pegunungan limestone yang materinya mengandung calcium carbonate, makanya air di sini berwarna kehijauan.
Kapal kami berhenti di tengah pulau yang diapit oleh tebing tinggi di ketiga sisi, para penumpang diberi kebebasan bisa memilih bersantai di pinggir pantai atau langsung menceburkan diri ke air untuk berenang dan snorkeling. Sejauh mata memandang hanya keindahan yang kami lihat di Maya Bay, wajar tempat ini mampu menyihir banyak orang dengan sejuta pesonanya.
Sightseeing dengan panorama Pileh Cove dan Viking Cave
Meninggalkan Maya Bay ternyata masih banyak tempat yang sangat memanjakan mata untuk dilihat sebelum sampai ke Phi Phi Don Island, tujuam kami selanjutnya. Sebut saja Pileh Cove, di Pileh ini hanya seperti cekungan karang dengan beberapa spesies tumbuhan hijau yang tumbuh subur, tapi yang bisa kita lihat adalah air yang bening dinamakan Clear Water. Selain itu juga disajikan pemandangan Viking Cave, dahulu di Viking Cave ini adalah tempat persembunyian Sparrow "Bajak Laut" namun sekarang tempat ini dijadikan tempat mengembang biakkan sarang walet, tetapi tetap saja pesona keindahan tetap melekat di tempat ini.
Phi Phi Don Island, pulau indah yang bertransformasi menjadi ajang mata pencaharian penduduk lokal
Jika ada yang bilang tinggal di Phi Phi Island, pastilah yang dimaksud adalah tinggal di pulau Phi Phi Don. Luasnya 28 km persegi, kebanyakan adalah hotel, restoran, serta toko-toko. Rupanya pulau ini sudah bertransformasi menjadi ajang mata pencaharian bagi para penduduk lokal.
Di pulau ini juga tidak tersedia kendaraan karena jalanan berupa pavement selebar 1-3meter jadi menjelajah pulau ini cuma bermodal jalan kaki saja. Terdapat beberapa pantai di pulau ini namun yang dikenal adalah Ton Sai Beach dan Loh Dalam. Ton Sai adalah dermaga tempat boat dan ferry bersandar, jika ingin main air dan berenang sebaiknya ke Loh Dalam. Garis Ao (Pantai) Loh Dalam cukup panjang, mau berjemur atau berenang hingga puas.
Jika suka hiking, bisa naik ke viewpoint di atas bukit. Di Loh dalam juga bisa memacu adrenalin lewat parasailing, terbang tinggi dengan parasut besar yang dikembangkan oleh angin dengan bantuan speed boat. Atau jika ingin bersantai bisa mencoba canoe keliling pulau, semuanya tersedia.
Singkat kata hanya satu kata yang bisa menggambarkan tempat ini SEMPURNA, jika anda ada berencana berlibur ke luar negeri, Phuket bisa menjadi alternatif pilihan yang menarik.
Tentang Penulis.
Ichal
http://chalzworld.blogspot.com
follow twitter @chalzable
Subscribe to:
Posts (Atom)